Ahlan wa Sahlan Sahabat FSI Al-Biruni..

NSP (Ngumpul Semua Pengurus) *1415# : Syuro Akbar FSI Al-Biruni 2014-2015


Untuk mempererat Ukuwah sesama pengurus, Forum Studi Islam (FSI) Al-Biruni Masa Jihad 2014 – 2015 Mengadakan Kegiatan NSP (Ngumpul Semua Pengurus) yang sekaligus merupakan Syuro Akbar seluruh pengurus FSI Al-Biruni. Kegiatan ini di laksanakan pada hari Sabtu, 09 sya’ban 1435 Hijriyah atau Bertepatan dengan 07 Juni 2014 Masehi di Halaman Mahasiswa (HaMas) FT. 

Acara Kali ini lebih istimewa karena selain ngumpul bareng dan syuro akbar, kegiatan ini juga di tambah dengan acara rujak party yaitu ngerujak bersama  semua pengurus yang  pembagian buah - buahan nya di bawa oleh masing-masing depertemen. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat Ukuwah Islamiyah antar pengurus FSI Al- Biruni masa jihad 2014 2015


Acara di mulai pada pukul  11.00 WIB, di awali dengan  tilawah oleh Akhina Ibnu Hary Wahyudi (staff Kaderisasi ). Selanjutnya MC membuka acara dengan Bacaan Basmalah. Pada Kesempatan Kali ini Indra Giri Sukmana, Selaku Ketua FSI Al- Biruni 2014 -2015 memberikan arahan tentang kegiatan FSI yang akan di laksanakan dalam waktu dekat.  FSI Al- Biruni memfokuskan pada 5 agenda terdekat yang akan segera di laksanakan, yaitu Bulan suci Romadhon, MPA (Masa Pengenalan Akademik ), MA ( Muslim Adventure), IEF ( Islamic Enginering Festival ), dan MF ( Muslim Fighter)”, jelas akhina Indra



Acara dilanjutkan dengan Syuro Akbar dan hearing kegiatan MA (Muslim Adventure) yang dipimpin oleh ketua pelaksana MA 2014 yaitu akhina Ahmad Barkah. Barkah mengajak kepada panitia MA untuk membuat sesuatu hal yang berbeda dari tahun sebelumnya, ada tiga hal yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai. Pertama kemauan yang kuat, ke-dua adalah tim yang solid, dan ke-tiga adalah pemikir yang hebat.


 

Selain hearing kegiatan MA, dalam kegiatan ini juga dilaksanakan hearing kegiatan MF (Muslim Fighter) yang dipimpin oleh Kepala Departemen Kaderisasi, yaitu akhina Fajar Maulana Syarif. Akh Fajar memperkenalkan kegiatan MF yang insyaAllah akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014. Dalam kegiatan ini akh Fajar memiliki konsep yaitu, setelah MF peserta dapat mengembangkan pola pemikiran terhadap masalah yang di hadapi dalam ranah dunia dakwah.
Selanjutnya acara hearing  kegiatan IEF (Islamic Enginering Festival ) yang di pimpin oleh akhina Chandra. Akh Chandra meminta semua pengurus untuk berpartisipasi dalam kegiatan IEF ini. Dan yang terakhir hearing acara Ramadhan Ceria, yaitu serangkaian agenda kegiatan FSI Al- Biruni di bulan Ramadhan yang dipimpin oleh akhina Andi Setiawan. 

Sehabis selesai shalat Dzuhur dan makan, acara dilanjutkan kembali. Setelah sebelumnya semua rancangan agenda kegiatan di paparkan, MC membuka sesi diskusi untuk semua peserta kegiatan dalam rangka memberikan masukan atau saran untuk kegiatan yang akan di laksanakan oleh FSI Al- Biruni. Beberapa staff dan pengurus menyampaikan pendapat dan sarannya untuk kegiatan yang akan dilaksanakan nanti.


Akhirnya, ucapan terimakasih kepada seluruh pengurus FSI Al-Biruni masa jihad 2014-2015 disampaikan oleh ketua FSI Al-Biruni, untaian do’a dan harapan ia sampaikan agar seluruh pengurus dapat menjalankan amanah yang diembannya sampai masa kepengurusan selesai. Kegiatan diakhiri pada pukul 15.00 WIB dengan ditutup pembacaan do’a yang dipimpin akh Fajar Maulana Syarif. 
(HAMAS/Hadi)




KALIMAH FT, "Peran Mahasiswa Muslimah"

(04/04/2014) Setelah vakum beberapa minggu, akhirnya KALIMAH (Kajian Muslimah) FT hadir lagi. Kali ini dibawakan oleh pembicara yang luar biasa, kak Yuana Dwi H, seorang muslimah dari kaderisasi BEM FT 2013.

FT memang sedang diguyur hujan dan banjir siang itu, namun ternyata tak menyurutkan semangat para muslimah FT untuk menuntut ilmu. Mereka ingin tahu seperti apa peran muslimah sebagai mahasiswa.

“Kewajiban muslimah itu dibagi menjadi dua, yaitu sebelum dan sesudah menikah.” Ucap kak Nana. Sebelum menikah salah satunya adalah menuntut ilmu. Jika ingin menjadi muslimah sejati, rajin-rajinlah mendatangi majelis ilmu. Tidak hanya ilmu agama, tapi kuliah pun juga disebut majelis ilmu. Maka sudah seharusnya kita kuliah tidak hanya karena memenuhi kewajiban orang tua, tapi karena mengharap ridha Allah dan bertambahnya pengetahuan kita.

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadillah : 11)

Kedua, agar menjadi mahasiswa yang aktif adalah kenali potensi diri. Optimalkan kemampuan yang kita miliki. Misalnya hobi memasak, asah terus hobimu itu agar menghasilkan masakan yang lezat. Hobi menulis, kembangkan terus dan ikuti training-traini
ng tentang kepenulisan agar suatu saat bisa membuat buku kemudian bisa berbagi ilmu pada yang lain lewat buku itu.
Ketiga, pandai memanage diri. Seorang muslimah, adalah ia yang pandai mengatur waktu. Terlebih lagi jika aktif organisasi, ia harus mengerti kapan saatnya belajar dan kapan saatnya mengerjakan tugas organisasi.

Keempat, membangun diri yang tangguh dan militan. Muslimah memang lembut, tapi bukan lemah. Jadikan diri kita adalah muslimah yang tidak mudah rapuh dan putus asa. Tapi menjadi muslimah yang selalu melihat peluang keberhasilan. Dan optimis bisa mencapainya dengan ikhtiar, doa, dan tawakal. (H/NE)





Nantikan KALIMAH selanjutnya, setiap jum'at siang di FSI Al-Biruni  
*acara ini gratis dan terbuka untuk semua muslimah Fakultas Teknik*

~"Barangsiapa berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan ke surga" (HR. Muslim)~

Kriteria Pemimpin






Oleh: Hamid Fahmi Zarkasy

“…….. jabatan adalah amanah, ia pada hari kiamat akan menjadikan yang menyandangnya hina 
dan menyesal kecuali yang mengambilnya dengan benar (bihaqqiha
dan menunaikan tugasnya dengan baik.” 

Itulah nasehat Rasulullah kepada Abu Dzar al-Ghifari yang meminta jabatan kepada beliau. Sabda Nabi itu bukan hanya untuk Abu Dzar, tapi untuk umatnya. Nadanya seperti mengancam, tapi seorang Nabi perduli pada umatnya itu sedang mewanti-wanti.  Ada tiga kriteria pejabat atau pemimpin (imam) yang tersembunyi dalam pesan diatas yaitu: amanah, mengambil dengan benar dan menunaikan dengan baik.

Kriteria diatas tidaklah sederhana. Sebab pemimpin dalam gambaran Nabi adalah pekerja bagi orang banyak, bukan sekedar penguasa. Dan pekerja seperti digambarkan oleh al-Qur’an harulah orang yang kuat dan terpercaya. “Sesunguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja, ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (al-Qashas :26)

Kuat pada ayat diatas adalah kuat bekerja dalam memimpin. Sedang maksud amanah adalah tidak berkhianat dan tidak menyimpang, dengan motif karena takut kepada Allah. Maka sebagai pekerja untuk umat, sifat kuat bekerja adalah prasyarat penting pemimpin. Tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga sifat amanah yang bisa hilang karena tuntutan pekerjaannya. (Yususf al-Qaradhawi, Al-Siyayah al-Syar’iyyah Fi Dhaui Nushus al-Syari’ah wa Maqashiduha).

Nabi pun konsisten dengan kriterianya.  Khalid bin Walid dan ‘Amr bin Ash yang baru masuk Islam diberi jabatan pimpinan militer. Padahal ilmu keislaman mereka berdua belum mamadahi. Tapi ternyata keduanya dianggap kuat bekerja dan mampu menjaga amanah. Sebaliknya, orang sealim Abu Hurairah yang sangat kuat hafalan haditsnya dan banyak mendampingi rasulullah tidak diberi jabatan apa-apa. Semangat Hasan bin Tsabit membela Islam juga tidak masuk kriteria orang yang layak memegang pimpinan atau jabatan. Tentu lagi-lagi karena tidak masuk kriteria pemimpin yang dicanangkan Nabi.

Masalahnya, seseorang bisa gagal menunaikan tugas kepemimpinannya karena tidak mampu mempertahankan amanah (khiyanat) atau karena tidak ada ilmu untuk itu (jahil). Maka al-Qur’an memberi pelajaran dari kisah Nabi Yusuf. Disitu dikisahkan bahwa ia diberi kedudukan tinggi oleh raja karena dapat dipercaya (amin), pandai menjaga (hafiz) dan berpengetahuan (alim) (Yusuf; 54-55). Ini berarti kriteria pemimpin ditambah satu syarat lagi yaitu “hafizh artinya menjaga amanah. Hal ini disinggung Nabi dalam hadith yang lain: “Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang rakyatnya, apakah menjaganya (hafiza) atau menyia-nyaikannya.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Hibban).

Syarat yang satu lagi adalah sifat al-‘Alim. Artinya mengetahui apa yang menjadi tanggung jawabnya; mengetahui ilmu tentang tugasnya. Adalah malapetaka suatu bangsa jika pemimpin yang dipilih dan dipercaya rakyat ternyata tidak cukup ilmu tentang tugasnya. Inilah yang diwanti-wanti Umar ibn Khattab bahwa “amal tanpa ilmu itu lebih banyak merusak daripada memperbaiki”. Disini kita akan mafhum apa kira-kira sebabnya Abu Zar tidak diberi jabatan oleh Nabi.

Ringkasnya, pemimpin atau pejabat Muslim yang sesuai dengan ajaran Islam adalah yang bersifat amanah, memperolehnya dengan benar,  menunaikan dengan baik, kuat, dapat dipercaya  (amin), pandai menjaga (hafiz) amanahnya dan berpengetahuan (alim) tentang tugas kepemimpinannya.

Dari kriteria di atas, nampaknya Nabi tidak mengisyaratkan bahwa pemimpin Muslim itu harus seorang yang tinggi ilmunya dalam bidang agama. Seorang muslim dengan kekuatan leadership dan amanahnya bisa menduduki jabatan tertinggi meski ilmu agamanya tidak setingkat ulama. Ini pulalah yang disimpulkan oleh Yusuf al-Qraradhawi. Namun, tidak berarti orang yang buta agama atau bahkan yang sekuler-liberal bisa masuk dalam kriteria Nabi diatas. Sebab seseorang tidak akan amanah jika ia tidak memahami syariah.

Pemimpin yang tidak tahu agama bisa lepas dari Tuhannya, atau jauh dari masyarakatnya. Sebab seorang pemimpin (amir/imam) memiliki dua tugas yakni : beribadah kepada Allah dan berkhidmat kepada masyarakat. Untuk beribadah diperlukan ilmu dan iman, untuk berkhidmat diperlukan ilmu untuk mensejahterakan rakyat. Oleh sebab “Pemimpin yang tidak berusaha meningkatkan materi dan akhalq serta kesejahteraan rakyat tidak akan masuk surga”. (HR Bukhari).

Kriteria pemimpin (amir/imam) yang dicanangkan Nabi dan ditambah dengan kriteria dari al-Qur’an itu diterjemahkan oleh al-Mawardi dalam al-Ahkam at-Sultaniyyah menjadi enam. Enam kriteria itu adalah berperilaku adil, memiliki ilmu untuk mengambil keputusan, panca indera yang sehat (khususnya alat dengar, melihat dan alat bicara), sehat secara fisik dan tidak cacat, perduli terhadap berbagai masalah, dan terakhir  tegas  dan percaya diri.

Namun, kriteria-kriteria diatas secara amali (praxis) berkulminasi pada dua sikap nurani yaitu pemimpin yang mencintai dan dicintai; yang mendoakan dan didoakan rakyat. Bukan pemimpin yang dibenci dan dikutuk oleh rakyat (HR Muslim). Tapi bagaimana akan mencintai rakyat jika pemimpin itu lebih cinta jabatan dan partai politiknya?



[Sumber : hamidfahmy.com, via islampos]

STRUKTUR KEPENGURUSAN FSI AL-BIRUNI MASA JIHAD 2014/2015

STRUKTUR KEPENGURUSAN FSI AL-BIRUNI MASA JIHAD 2014/2015

Ketua Umum : Indra Giri Sukaman (Elektro 2011)
Sekretaris Jendral : Zarqony Alwy Ahmad (IKK 2011)
Ketua Keputrian : Elfia Zulhijah (Elektro 2011)
Bendahara : Qaulam Ma’rufa (IKK 2011)

Biro Kestari
Ka. Bir : Hana Zakia (Elektro 2011)

Biro Annisa
Ka. Bir : Ayu Sulistia (Elektro 2012)

Biro Mu’amalat
Ka. Bir : Ahmad Munawar (Elektro 2012)
Korwat : Farah Nur Azizah (Elektro 2012)

Departemen Kaderisasi
Ka. Dept : Fajar Maulana Syarif (Elektro 2012)
Korwat : Sarah Luthfiah (Elektro 2012)

Departemen Islamic  Mentoring Club (IMC)
Ka. Dept : Satria Ari Wibowo (Mesin 2011)
Korwat : Dina Safitri (IKK 2012)

Departmen Syi’ar
Ka. Dept : Andi Septiawan (Elektro 2011)
Korwat : Elsa Friska Putri (Mesin 2012)

Departemen Qur’an Center
Ka. Dept : Mujahid Robbani Sholahudin (ELektro 2013)
Korwat : Qori Imamah (Elektro 2013)

Departemen HAMAS (Humas dan Media Islam)
Ka. Dept : Aim Abdul Rohim (Elektro 2012)
Korwat : Nurul Khoiriyah (Sipil 2011)

Departemen Kemakmuran Mushala (DKM)
Ka. Dept : Adityo Rahman (Elektro 2011)
Korwat : Dewi Ronestya S. (Sipil 2011)