Ahlan wa Sahlan Sahabat FSI Al-Biruni..

Cita-Cita


Pada umumnya, manusia akan berpikir dan berpikir sesuai dengan akidah, pandangan hidup, dan cita-citanya. Pengalaman hidup manusia mengarjakan bahwa iman dan cita-cita yang tetanam di dalam hati adalah sumber utama optimisme. Manusia yang bgercita-cita tinggi akan siap mengorbankan apa saja yang ia miliki, harta maupun nyawa, manakala pengorbanan itu diperlukan dalam upaya meraih cita-citanya. Sedang manusia yang tidak memiliki cita-cita akan cepat berputus asa, pasrah tak berdaya di hadapan nasib yang mengungkungnya.

Menjalani hidup tanpa cita-cita dan harapan masa depan hanya akan mengantarkan kehampaan dan sia-sia.manusia yang tidak memiliki iman dan cita-cita selama hidupnya tak ubahnya seperti binatang. Siklus kehidupanya hanya berputar diantara hal-hal yang rutin saja: mencari makan, tidur berkenbang biak, lalu mati. Setelah itu, selesailah urusan. Ia hanya berpikir tentang isi perut dan dorongan syahwat yang ada di bawah perutnya. Baginya, memikirkan idealisme perjuangan atau kehidupan setelah mati adalah sia-sia dan membuang-buang waktu. Inilah pertanda manusia yang pendek akalnya. Hidupnya dihabiskan hanya untuk sesuatu yang dekat dan gampang dicpai, sebab ia tak mampu berpikir dan berbuat lebih jauh dari itu.

Allah SWT menegur manusia yang hanya memperhatikan kehidupan dunia dalam firmanNya:” Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasanya, niscaya "Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka tidak akan di rugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak memperoleh apa-apa di akhirat,kecuali neraka. Dan disitulah tiada berguna apa yang telah mereka usahakan , dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan.” (QS Hud: 15-16) 

Segala bentuk pertualangan hidup yang mereka jalani tidak akan pernah bergeser dari materi. Keadaan mereka persu\is seperti yang digambarkan Rasulullah saw dalam sebuah sabdanya, ”Agama mereka adalah perut mreka, kiblat mereka adalah perempuan mereka, tujuan mereka adalah dirham mereka.”

Gaya hidup dan mentalitas demikian, menurut Al-Qur’an, adalah gaya hidup orang-orang kafir. Karena tidak beriman pada kehidupan akhirat, mereka mengerahkan segala daya upaya untuk memperturutkan hawa nafsu. Alangkah malangnya nasib manusia yang berpandangan seperti itu.

Seorang mukmin tidak akan memiliki cita-cita serendah itu dalam meniti hidupnya di dunia. Gaya hidup mukmin haqqon (orang-orang yang benar-benar beriman) sangat jauh berbeda dengan gaya hidup orang kafir. Mukmin adalah terminologi Qur’an yang khusus dan spesifik dinisbatkan kepada sosok peribadi manusia secara total, utuh, dan menyeluruh menyerahkan hidup dan kehidupanya, jiwa dan raganya, wawasan dan pikirannya,niat dan amal perbuatannya hanya untuk Allah SWT. Puncak cita-citanya adalah keridhaan Allah (mardhatillah). Itulah cita-cita di atas segala cita-cita. Bagaimana dengan kita?

Menurut Saya Sukses Itu...

Ada baiknya sebelum melakukan segala sesuatu kita mulai dengan mengucapkan basmalah.. Agar yang kita lakukan menjadi berkah dan diridhai oleh Allah swt.
Bismillahirrahmanirrahim..
Ok.. langsung mulai aja dah.. ^^

Indonesia.. Negara yang menjunjung tinggi pancasila.. Indonesia.. Negara dengan polemik masalah yang begitu banyak dan beragam.. Negara yang saya begitu benci dengan segala tata cara pemerintahannya dan kebijakannya.. Namun, saya begitu mencintai keindahan alamnya..  Tapi saat ini saya tidak akan membahas ini.. mungkin dikemudian hari,hhe

Saya ingin mencurahkan apa yang ada di pikiran saya dan hasil membaca beberapa buku.. 

Kehidupan universitas di Indonesia.. Begitu banyak aktivitas yang terjadi dari pagi hingga malam.. Dan esoknya akan terulang kembali.. begitu juga seterusnya..

Menjadi mahasiswa bukan hanya sekedar status dan menjadi bergelar juga bukan sekedar memanjangkan nama dengan embel2 sarjana.. Saya menyayangkan kepada teman2 yang berpikiran seperti itu.. Ingin mendapatkan pekerjaan dan sukses setelah lulus.. Kepada mereka yang hanya memikirkan hasil akhir dan bukan proses itu sendiri.. Saya hanya ingin mengingatkan kalau sukses itu tidak hanya kecerdasan, kekuasaan,kekayaan dll.. Ambil contoh dari Qarun dan Fir’aun.. Qarun memiliki kekayaan yang berlimpah.. Kunci-kunci gudangnya enggak kuat dibawa oleh 7 orang yang kuat-kuat.. Bisa Anda bayangkan seberapa besar kekayaannya..hhe Sedangkan Fir’aun.. dia seorang raja yang cerdas dan memiliki kekuasaan yang luar biasa.. Dia sampai-sampai mengaku dirinya sebagai Tuhan.. Tetapi adakah diantara teman2 yang ingin menjadi seperti mereka.. Jelas enggak mau bukan..hhe Karena kita tahu akhir hidup mereka itu tragis.. walaupun hidup dengan kekayaan, kecerdasan ataupun kekuasaan..

Saya pernah ikut salah satu program analisa bakat oleh salah satu lembaga ternama.. Apakah anda pernah mendengar tentang 8 kecerdasan majemuk.. Ternyata yang paling tinggi dalam diri saya adalah kecerdasan intrapersonal dan interpersonal.. selanjutnya kecerdasan logika-matematika dan bahasa.. Sisanya standar.. Saya senang dengan hasilnya.. Karena semakin memantapkan prinsip hidup saya.. Bermanfaat bagi ummat..

Sejak dulu, saya senang mengamati kehidupan.. Saya selalu tertarik menjadi semacam life observer, sejak saya menemukan fakta bahwa sebagian besar orang tak seperti bagaimana mereka tampaknya, dan begitu banyak orang yang salah dipahami. Di sisi lain, manusia gampang sekali menjatuhkan penilaian, judge minded.. Saya suka mempelajari motivasi orang, mengapa ia berperilaku begitu, mengapa ia seperti ia adanya, bagaimana perspektifnya atas suatu situasi, apa saja ekspektasinya.. Ternyata apa yang ada di dalam kepala manusia seukuran batok kelapa bisa lebih kompleks dari konstelasi galaksi-galaksi.. Bagi saya kelas bukan sekedar ruang untuk belajar tapi juga university of life.. –sedikit mengutip dari edensor- ^^

Sukses menurut saya adalah kita berbagi dengan orang lain, memiliki jiwa sosial yang tinggi dan hidup dengan melakukan segala sesuatunya karena Allah.. Hidup dengan MERIAH.. mengharapkan ridha Ilahi..^^

Nah,, di kampus inilah kesempatan bagi saya dan teman2 untuk berpikir terbuka, mengembangkan karakter dan bakat, membangun jaringan dan lain sebagainya..  Secara fitrah dan hati nurani, tentu kita ingin menjadi orang baik.. Tetapi pengaruh luar dari lingkungan secara tidak langsung mengubah pola pikir kita.. Selalu berpikir postif.. Jadikan diri IKHLAS dalam menghadapi hidup.. Lakukan yang terbaik dalam hidup.. Niatkan hanya untuk Allah swt.

Indra Waliyuda-Media Komunikasi Islam FSI Al-Biruni FT UNJ

Untukmu, Hati..


Hai hati, sudahkah kau berubah hari ini?
Sudah hilangkah noktah2 hitam itu?
Hai hati, masihkah tersisip tinggikah dirimu di sana?
Jika ya, kau harus menariknya kembali agar tetap di sini,
merendah2 agar tak terperangkap dalam nar-Nya.
Hati, aku tau..walau kau belum sebening ia,
Kau pasti bisa menjadi sepertinya.
Semua hanyalah perjalananmu, duhai hati..
Perjalanan mencuci dirimu sendiri..
Membersihkan diri dari noda2..
Menyirami dengan nyanyian hati..
Mengajar dirimu kembali..
Menghidupkan kalam2 Ilahi..

Hati, percayalah.
Jika dulu memang kau jauh dari itu..
Lupakan saja.
Tutup rapat2 semua kenangan burukmu.
Lihatlah, di hadapanmu masih terbentang jalan yg teramat panjang.
Yang harus kau tempuh dengan hati seputih awan.

Aku tahu hati, bukan hanya kau yang memiliki noda..
Bahkan jika kau ingin melihat..
Mungkin hampir semua manusia di dunia ini juga memiliki noktah itu..

Tapi percayalah hati..
Mereka bisa, kau pun pasti bisa.
Tak inginkah kau bertemu dengan sang Pemilikmu?
Jika kau ingin, maka mulailah dari hari ini..
Mulailah dari segala hal kecil yang bisa kau lakukan..
Mulailah untuk menjauhkan diri dari prasangka2 yang dipanahkan syetan..

Sekarang, saatmu hati..
Gapai cintaNya setinggi2nya..
Hingga kau tak mampu lagi..
Hingga kau telah berhenti..


Wahai Kekasihku..

Wahai Kekasihku..
Assalamu'alaikum...
Hari ini..
Bergembiralah mereka yang sedang dimabuk rindu oleh kekasihnya,
Bersuka citalah mereka yang sedang mengenang semua kebaikan orang yang dicintainya,
Satu sama lain saling menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang amat mencintai dambaan hatinya,

Sedangkan aku sendiri,
Duduk termenung memikirkan apa yang harus kulakukan,
Agar dia yang kukasihi membalas kasih cintaku,
Agar dia yang kucintai mau menanggapi cintaku yang terkadang dibuatnya aku menderita... karna cemburu dengan orang-orang yang mampu membuktikan cintanya mereka pada dirimu..

Wahai kekasihku,
Layakkah diriku yang hina ini memanggilmu dengan sebutan kekasihku?
Sudah pantaskah diriku yang bodoh ini menganggap bahwa engkau adalah kekasihku?
Di hari dimana engkau begitu dimuliakan.. begitu disebut-sebut dalam banyak majelis...
Aku malah tak bisa melakukan apa-apa..
Karena aku ini terlalu bodoh.... tak tahu apa yang bisa kulakukan.. untuk merayakan hari lahirmu...

Wahai kekasihku...
Hatiku berdegup kencang mendengar orang lain menyebut-nyebut namamu,
Air mataku mengalir membaca tulisan kisah-kisah perjuanganmu,

Namun aku tetap tidak mengerti..
Apa yang harus kulakukan... agar hatimu menjadi suka... agar aku juga bisa menunjukkan pada dirimu...
Bahwa aku... mencintaimu.....
Untuk orang yang saya cintai...
Untuk orang yang saya rindui....

Muhammad bin Abdullah

Namamu meniti di bibir..tiap kali aku bershalawat atas dirimu...

Ya Rasulullah...

Allahumma sholli ‘ala Muhammadin ‘abdika wa rasulika kama shollaita ‘ala Ibrohim..

semoga kelak di akhirat nanti kita termasuk golongan yang mendapatkan syafa'at dari Baginda Nabi Muhammad SAW dan menjadi barisan umatnya beliau..

allahumma amiin..



Izharuddin Kamal-Departemen Kaderisasi FSI Al-Biruni FT UNJ

Noda??


Saat saya bepergian dari Jakarta menuju sebuah desa di Lampung di tempat kakek saya tinggal, saya tiba pada pagi hari. Di rumah, kakek menyambut saya dengan hangat. Karena saya tiba pagi hari, kakek pun bertanya, “Sholat subuh di mana tadi?”

“Nggak sholat kek. Gak sempat. Waktunya habis di dalam mobil.” Jawab saya agak malu.

“Lho, kan bisa sholat di mobil.”

“Mmm… malas kek. Ngantuk. Sekali-kali lah.” Saya berharap kakek bisa mengerti. Tapi tetap saja saya tangkap kesan heran di wajah kakek. Mungkin karena beliau tahu saya rajin beribadah, tapi untuk urusan perjalanan, saya dengan ringan meninggalkannya.

Setelah diam sesaat, kakek berkata. “Nanti sore kalau gak capek, kita bisa jalan-jalan ke kebun.”

“Asyiik!!!” Sambut saya sumringah.

Senja tiba. Saya sudah siap melihat-lihat kebun kakek yang tidak jauh dari rumahnya. Entah kenapa, kakek meminjamkan sebuah celana berwarna putih untuk saya. Maklum karena di kebun tentu saja kami akan berkotor-kotor, saya tidak ragu mengambilnya. Daripada celana yang saya bawa dari Jakarta yang saya pakai. Sayang, persediaan terbatas. Tapi aneh, pada akhirnya kakek berkata, “Kalau celana itu sampai kotor, kamu cuci sendiri ya!!” Saya tidak mengerti maksud kakek, tapi saya ikuti saja. Dan saya lihat kakek sendiri menggunakan celana hitam.

Perjalanan di mulai. Setelah 15 menit kami sampai di kebun kakek. Di kebun itu kami berkeliling menyaksikan bermacam tanaman yang ditaman oleh kakek, mulai dari pisang, jagung, hingga cabai.

Setelah puas, kami istirahat sejenak. Tanpa sungkan, kakek duduk di tanah dan menyuruh saya duduk di sampingnya. “Duduk lah.”

“Gak ah, kek. Takut kotor.”

“Kenapa takut kotor? Kakek santai saja kok duduk di tanah.”

“Ya jelas. Kakek kan memakai celana hitam. Sedangkan celana saya putih.”

“Memang kenapa kalau celana putih?”

“Kalau celana putih, kan susah dicucinya kalau kena noda. Kalau tidak bersih, nodanya akan terlihat jelas. Sedangkan celana hitam, tidak terlalu kentara kalau kotor.”

Kakek terangguk-angguk. “Apa kamu bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut?”

“Hah?? Pelajaran apa kek???” Aku agak bengong.

“Kamu mengerti, bahwa perumpamaan orang munafik atau fasik, adalah seperti kakek ini yang memakai celana hitam…”

”Lho, maksud kakek?” Aku memotong.

“Dengar dulu!! Orang yang memakai celana hitam, tidak akan merasa was-was kalau celananya kotor. Dia tidak akan malu berjalan di tengah orang banyak dengan celana yang terkena noda tanah di sana sini. Sedangkan orang yang beriman, seperti orang yang memakai celana putih, yang ia khawatir apabila celananya sedikit kotor, maka noda itu akan terlihat jelas.”

Aku mengangguk-angguk. “Ooh… iya kek. Gak nyangka kakek filosofis banget.” Ujarku sambil ‘nyengir’.

“Apa kamu tidak mengambil pelajaran terhadap diri kamu sendiri?”

“Maksudnya, kek?”

“Bukankah tadi pagi kamu menggampangkan tidak sholat subuh? Muhasabah lah!! Apa mungkin hati kamu sudah terlanjur kotor sehingga setiap kotoran baru yang menempel bukan menjadi sesuatu yang mencolok?”

“Astaghfirullah…” Aku terhenyak.

“Kalau hati kamu bersih, tentu saja kamu tidak ingin ada setitik noda pun hinggap di hati kamu.”

“Astaghfirullah. Iya kek. Saya sadar, saya salah. Kalau begitu, mulai sekarang saya akan berusaha membersihkan hati saya. Akan saya jaga agar hati saya senantiasa bersih, tidak boleh ada kotoran yang hinggap. Saya akan selalu bersihkan dengan istighfar.”

“Bagus!!” Kakek mengangguk-angguk….

Saat alam menunjukkan tanda bahwa saat maghrib hendak tiba, kami pulang ke rumah. Di jalan, saya termenung. Lalu berkata kepada kakek, “Kakek, saya jadi paham kenapa kalau ada orang baik yang ketahuan aibnya, selalu menjadi bulan-bulanan gosip dibanding orang jahat yang ketahuan aibnya.”

Kakek mengangguk-angguk.

“Ya ya ya…. Ya seperti tadi, karena orang yang baik yang ketahuan aibnya itu seperti sebuah pakaian putih yang terlihat terkena noda. Nodanya akan mencolok dilihat oleh orang banyak. Beda dengan orang jahat, orang sudah terbiasa dengan berita aibnya. Tak terlalu menjadi bulan-bulanan omongan orang.”

“Benar kek. Tapi, susah ya menjaga hati ini bersih. Menjaga perilaku ini tetap bersih. Karena kotoran ada di mana-mana. Kalau terkena noda, akan mencolok. Dan harus dibersihkan dengan tenaga yang ekstra. Belum lagi omongan orang-orang… Hhh…”

“Hahaha….” Kakek tertawa kecil.

—-

Ibnu Mas’ud r.a. berkata "Orang yang benar-benar beriman, ketika melihat dosa-dosanya, seperti ia sedang duduk dibawah gunung. Ia kuatir kalau-kalau puncak gunung itu jatuh menimpanya. Adapun orang munafik, ia memandang dosa-dosanya seperti menghalau lalat di ujung hidungnya."

Semoga bisa diambil pelajaran dari kisah fiktif di atas (andaleh)
copas dari islamedia

Al-Biruni, Sahabat Sejatimu


Oleh : Dewi Ronestya (Departemen Kaderisasi FSI Al-Biruni)*


"Buat apa sih ngabisin waktu di organisasi? Apalagi organisasi yang keliatannya nggak fun gitu? Bukannya lebih keren kalo kamu masuk organisasi yang dulu kamu geluti? Masa dulunya berkawan sama club motor sekarang begini?" bila di tanya seperti itu aku selalu tersenyum sembari berkata "Kamu sendiri buat apa kuliah?" jika di jawab "Loh ya biar dapet ilmu dan title Sarjana dong!" aku tersenyum lagi "Di dunia? Kalo di akhirat nggak mau dapet title Sarjana juga?"  "Emang di akhirat ada title Sarjana juga?" Nah kalo kamu mau tau ikut aku yuk! Apakah jika terjadi seperti itu Anda akan diam sejenak, berpikir dengan konsekwensi apa saja yang bisa di terimanya apabila mengikuti organisasi yang kental akan nilai agama Islam?

Jika kita sudah mau dengan sendirinya, pintu organisasi tersebut akan selalu terbuka untuk semua orang yang mau belajar, termasuk menjawab tanda tanya kamu selama ini. Aku melanjutkan langkahku dengan teguh untuk masuk ke organisasi yang tak pernah aku bayangkan sejak dulu jika aku akan ada di dalamnya.

Dengan yakin aku memasuki mushola yg tidak jauh dari gedung kuliahku, terlintas segala yang pernah ku lakukan beberapa bulan yang lalu. Tak sedikitpun aku mengingat-Nya, bahkan dengan perasaan biasa saja aku melakukan dosa yang jelas-jelas di larang. Jika ada yang berkata tak ada manusia yang sempurna dan setiap manusia akan berbuat salah, ya namun bila bisa perbuatan salah iu di hindari dan di minimalisisr kenapa tidak.

Akupun masih merasa tak pantas berada di tempat ini. Tapi tak ada kata terlambat untuk belajar, dan pengalaman memang guru yang paling tegas. Waktu memang tidak dapat di putar dan biarkan masa lalu menjadi kenangan. Aku mungkin belum sepenuhnya mendapatkan hidayah itu, namun aku harus berusaha agar hidayah datang padaku di saat yang tepat dan indah.

Aku bertekat untuk lebih mengenal penciptaku dan seluruh alam semesta beserta isinya. Sangat banyak hal yang aku belum tahu tentang ajaran Islam. Namun yang membuatku terkejut adalah sikap pengurus yang tetap ramah denganku yang bahkan tidak berpakaian Syar'I, akupun sering mengaku minder dengan teman-teman di organisasi ini, tapi tanggapan mereka baik dan mereka bersedia mengajariku dan menjawab tanyaku. Ya itu yang membuatku nyaman berada di sini. Tidak ada yang membedakan antara senior dan junior, semua saling mengajari dan menghargai seperti seharusnya sebagai organisasi Islam.

Aku memang masih baru dalam belajar Agama, yah aku rasa tidak ada kata terlambat untuk belajar. Dahulu aku bukanlah wanita yang baik, masa lalu kelam hingga saat ini memang belum dapat aku lupakan, terlebih saat orang-orang di sekitarku membahas orang-orang yang kini telah menjadi masa laluku, aku selalu teringat akan semua itu.

Jika kebanyakan di dalam organisasi ini memakai jilbab panjang, hingga saat ini aku bahkan belum sekalipun pernah mengenakannya. Jika kebanyakan di dalam organisasi ini membaca Al-Qur’an tiap selesai sholat, aku malah selalu membaca info-info duniawi. Bahkan sholat sangat jarang aku kerjakan. Namun entah mengapa aku berani langsung mengambil langkah untuk bergabung dengan pendakwah-pendakwah yang bisa di bilang pemikiran mereka tentang dunia fana sangat jauh dengan apa yang sampai sekarang masih aku tekuni, walau aku sebenarnya sudah sedikit tahu mana yang bermanfaat hanya di dunia dan mana yang bermanfaat di akhirat juga.

Ya hingga saat ini aku masih sangat senang mencari kebahagiaan duniawi, bahkan aku ingin mempersembahkan kebahagiaan duniawi kepada kedua orangtuaku. Teman-temanku yang hanya mengenal dunia mungkin bangga dengan apa yang ingin aku persembahkan kepada kedua orangtuaku, namun berbeda dengan teman-teman Al-Biruni, menurut mereka hmmm bukan mereka namun menurut ajaran Islam yang telah mereka pahami dunia ini memang fana semata, berbeda dengan akhirat dimana kita akan hidup abadi di dalamnya.

Informasi yang kurang seputar organisasi ini membuatku merasa sedikit terlambat untuk mengikuti segala kegiatan yang ada di sini. Awal masuk kampus ini aku memang sudah tertarik dengan organisasi Islam, namun aku sempat merasa segan karena penampilanku yang belum Istiqomah. Butuh waktu selama kurang lebih satu semester sampai aku bertekat tetap masuk ke organisasi ini meski belum berpakaian Syar’i dengan di dorong oleh rasa haus akan ilmu agama yang selama ini hanya sedikit aku ketahui tanpa ku pahami.

Awalnya aku tertarik dengan organisasi ini pada saat wawancara pra MPA, namun aku tidak tahu banyak lagi kabar tentang organisasi ini. Aku berharap dengan masuk ke sini akan menjadikanku wanita yang semestinya, wanita yang tidak menomor satukan ego untuk menguasai segala yang berhubungan dengan duniawi semata. Namun juga bisa menjadi wanita surga dan mengajak kedua orangtua ku ke surga. Aamiin Ya Robbal Alamin. Dan sangat aku sadari jika sangat amat banyak hal yang aku belum tahu tentang Islam.

Dan benar saja jika ini di namakan organisasi Islam, semua memperlakukanku dengan sama rata, tak ada perbedaan antara akhwat yang berjilbab dengan yang tidak berjilbab, yang membedakan hanya mereka telah mengetahui apa itu Islam, sedangkan aku belum. Perbedaan hanya bagaimana bahasa berbicara dan sikap mereka yang aku rasakan masih sangat kontras dengan aku yang sekarang. Organisasi ini memang tidak terlalu menggembor-gemborkan segala aktifitasnya kecuali memang aktifitas umum, berbeda dengan organisasi lain yang selalu ingin di anggap ada.

Acara di organisasi ini terkesan simple, bahkan terkadang jadi kurang di perhitungkan karena waktu yang mendadak dan tidak sempat mengumpulkan dana dan rencana yang benar-benar matang. “Ya namanya juga Indonesia”, mungkin kata-kata itu sudah tidak asing lagi, namun jika bisa mempersembahkan yang terbaik kenapa tidak?
Walaupun acaranya sangat seru namun akan lebih seru jika acara dapat berjalan sesuai rencana, karena selain semua acara dapat terselenggara dengan baik kita akan mendapatkan kepuasan bathin atas kinerja yang dapat berjalan dengan baik dan matang. Jadikanlah Indonesia Negara yang disiplin, agar pemerintah malu dengan rakyatnya yang tidak berkuasa namun dapat menguasai kemalasannya. Jika bukan di mulai dari diri sendiri lalu siapa lagi. Hmmm kok jadi politik, balik lagi ke bahasan.

Event memang selalu sangat bermanfaat namun bagi yang kebetulan datang karena sedang tidak ada jadwal kuliah lantas dapat mengikuti event tersebut. Namun bagaimana dengan yang tidak datang? Ya tidak ada pengulangan materi ataupun share catatan yang dapat di baca khalayak umum yang kebetulan berhalangan hadir. Namun begitu masih banyak juga materi yang sangat bermanfaat bagi pembaca yang di share di grup ataupun di dunia maya, dimana terkadang malah menimbulkan pro dan kontra.

Dan ternyata kehidupan jaman sekarang sangat tergantung dan banyak berhubungan dengan dunia maya, mungkin bila di pergunakan dengan baik dapat juga menimbulkan sangat amat banyak manfaat baik, namun bagaimana bila mempergunakan dunia maya dengan tujuan tidak baik bahkan dapat menimbulkan kerugian orang lain? Ya itu yang sekarang banyak di salah gunakan masyarakat luas.

Namun sepertinya peluang dakwah di dunia maya akan lebih menarik apabila di kemas dengan cara yang menarik pula dan tidak ada kesan menggurui, selain itu informasi dakwah akan lebih cepat sampai kepada masyarakat dan dapat menjangkau semua kalangan, bahkan kalangan remaja yang sedang mencari jati diri jangan sampai salah informasi karena berguru dengan situs yang penuh tanda tanya. Ya karena dakwah bukan hanya menjangkau teman dan kerabat saja, namun akan lebih bermanfaat luas apabila menjangkau semua kalangan.

Namun ternyata untuk berubah tak semudah apa yang selama ini aku bayangkan, untuk mendekatkan diri ke pencipta saja aku belum sepenuhnya paham. Hingga saat ini juga aku masih belum tahu mana yang ghibah dan mana yang di perbolehkan, mana yang hadits palsu mana yang lemah dan mana yang kuat. Mencari di internet pun ternyata tidak sepenuhnya dapat di percaya ada hadits-hadits yang ternyata sebelumnya tidak pernah ada dan di buat seakan-akan itu hadits asli yang kuat yang memang telah ada pada jaman Rasulullah SAW. Ya karena ghibah sebenarnya telah menjadi virus yang merajalela dengan pesat di seluruh dunia dan melekat erat di budaya dan gaya hidup manusia jaman sekarang yang entah bagaimana cara untuk memusnahkannya karena belum ada anti virus yang tepat.

Namun memang setiap organisasi pasti ada kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika ingin bergabung di organisasi Islam pun sangat amat banyak sekarang ini, namun manakah Islam yang sebenar-benarnya? Yang pasti adalah Islam yang menganut ajaran yang menjujung tinggi Al-Qur’an, Al-Hadits dan As-Sunah yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW dengan mempelajari hingga rinci dan mendasar. Ya di dunia yang fana ini memang lebih banyak manusia yang mencari kenikmatan duniawi semata tanpa memperhitungkan kehidupan abadi yang sebenarnya yaitu di akhirat kelak. Untuk itu bersyukurlah karena kita masih di beri umur untuk memperbaiki diri dan selalu ingat akhirat. Jazakumullah khairan katsiran.


*Pemenang lomba menulis FSI Al-Biruni, Juni 2012

Di Sini, Ukhuwah Bermula..


Di sini ukhuwah bermula..
Dalam lingkaran penuh cinta
Dalam kesepakatan penuh makna
Antara aku dan dia, mereka, kita..


Di sini ukhuwah bermula..
Bukan karena kita bahagia,
Bukan pula karena kita saling sama
Justru segala perbadaan yang menyatukan
Insan-insan yang yang utuh jika saling melengkapi permukaan
Permukaan tauladan iman..


Di sini ukhuwah bemula..
Hati-hati yang tertuju pada satu Yang Esa
Saling meraba, menafsirkan makna ukhuwah seutuhnya
Ada kalanya di antara kita tak ada sapa,
Pasti penuh Tanya. Ya.
Bukan karena acuh atau apa,
Tapi karena salah tafsir antara kita, bahwa sejatinya ukhuwah ada untuk saling introspeksi jua
Tak ada sapa, tapi tetap ada cinta, karena Allah azza wa jala


Di sini, lagi, ukhuwah bermula
Sejatinya ukhuwah dibuktikan oleh mereka, jundi-jundi Allah
Rasulullah, karib dengan para sahabatnya
Bukan karena sedarah, atau apalah
Tapi karena iman, yang penuh cinta pada Tuhan
Saling berjabat, bermesra dalam risalah dakwah..


Maka, di sini, ukhuwah bermula..
Di jalan ini, di detik ini. Ya, di sini.
Di tempat dimana bergetarlah ia ketika asma Tuhannya disebutkan..
Di tempat dimana terkadang kita terbuai akan cinta (dunia) yang kadang datang silih berganti untuk sekadar menyapa, lantas pergi karena tak sejati..

Maka, disinilah, Kawan..
Di Hati ini, Ukhuwah indah itu bermula..


Atas nama Iman, terikat karena Islam, dan berujung pada nikmatnya Syurga. insyaAllah..



Nadya Fadillah Fidhyallah (Departemen Kaderisasi FSI Al-Biruni)

SELAMAT DATANG REKONSTRUKTOR PERADABAN

Oleh : Eko Haryanto (Ketua FSI Al-Biruni masa jihad 2012/2013)

Sebentar lagi bangku-bangku kuliah di FT UNJ akan menemukan penghuni baru menjelang tahun akademik baru 2012-2013. Berbondong-bondongnya para pencari ilmu yang disebut mahasiswa ini-lah yang nantinya hidup di dunia kampus. Dunia baru pasca sekolah menengah atas. Pencarian baru, sistem baru, kultur belajar baru, progres baru, kenyataan baru dan dinamika baru.
Kampus sebagai “kawah candradimuka” mahasiswa, karena dari tempat ini awal perjalanan panjang tau pendek yang akan dilalui. Memasuki duni kampus adalah memasuki dunia dengan atmosfer yang baru dan berbeda dari suasana sebelumnya ketika masih berseragam putih abu-abu.

Untuk itu adaptasi adalah suatu ritual yang penting agar kita dapat menikmati dunia kampus yang penuh dengan warna-warni. Penyesuaian diri juga dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan selama belajar di kampus agar beberapa tahun dikampus ini menjadi bermakna.

Dalam rangka penyesuaian diri tersebut akan banyak perubahan yang harus kita lakukan, Salah satu perubahan itu adalah tujuan kuliah.Untuk apa kita di kampus, mau jadi apa kita setelah dari kampus. Jangan kuliah jika kita hanya menginginkan suatu hari nanti menjadi orang kaya. Jangan kuliah jika tujuanya untuk tenar dan hidup dengan mapan. Kaya, tenar, mapan hanyalah sekelumit dari efek apabila kita bisa memaksimalkan dan mengoptimalkan masa ngampus kita, bukan menjadi tujuan utama. Jadi sebelum jauh terlambat mari renungkan dan luruskan dalam hati tujuan kita berada di kampus saat ini. 

Karena tidak semua orang bisa dengan mudah mengakses pendidikan tinggi. Data 2011 Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru 4,8 juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen. Melihat hal ini masihkah kita tidak bersyukur ? masihkah kita akan menyiakan keberadaan kita di kampus ini ?

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(Q.S. Ibrahim : 7)

Coba selami firman Allah diatas. Syukur di wujudkan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Syukur dengan hati adalah mengetahui bahwa berbagai kenikmatan tersebut berasal dari Allah. Syukur dengan lisan adalah dengan memuji dan menyanjung memberi nikmat. Sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah dengan menggunakan kenikmatan tersebut dengan bersikap loyal dan rendah hati terhadap Allah SWT. Agar Allah menambahkan nikmatnya kepada kita.

Sekali lagi tanyakan dalam hati kita masihkah kita mengingkari nikmatnya ? kita mulai dari dalam hati dan fikiran kita bahwa kita tidak bisa menyiakan keberadaan kita di kampus. Optimalkan kehadiran kita di kampus ini. Jadikan diri kita bermakna menjalani warna-warni hidup di kampus beberapa tahun kedepan.

Di dalam tiap rajutan jaket Almamater kita ada kristalisasi keringat dan air mata para petani, para tukang becak, para nelayan. Yang bahkan anak-anak mereka takut bermimpi untuk bisa lulus SD.Maka Nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Takdir telah digoreskan dan tinta telah mengering. Syukurilah. Maknailah. Menjadi mahasiswa berarti siap merekonstruksi peradaban !

Hidup mahasiswa !

Memanfaatkan Liburan Dengan Cerdas

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. : Rasulullah Saw pernah bersabda, "Ada dua anugerah yang disia - siakan manusia; kesehatan dan waktu luang". (H.R Bukhori & Muslim).
 
Berakhirnya momentum sakral UAS yang beriringan dengan datangnya liburan menjadi saat yang ditunggu-tunggu oleh sebagian besar mahasiswa. Namun, menjadi sangat disayangkan jika kita tidak dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Karena waktu tidak akan pernah bisa ditahan, ia akan berlalu dan lenyap tak kembali lagi. Terlepas pada hasil UAS yang memuaskan ataupun tidak, tak layak kita mencari-cari alasan hingga lengah dan menyia-nyiakan waktu yang ada. Sesungguhnya nilai akademik itu hanyalah satu dari sekian banyak nilai yang ada di Universitas terbesar ini, Universitas Kehidupan. Selain itu, ada yang lebih penting daripada sekedar hasil di akhir, ia adalah proses yang dijalani. Yang menyimpan banyak hikmah dan pelajaran berharga. Tapi, bukan berarti nilai akademik tidaklah penting, hanya saja akan lebih baik untuk kita segera bangkit serta mengambil hikmah dan pelajaran dari kejadian yang telah kita alami sebagai pembelajaran di masa mendatang. 

            Kembali lagi kepada liburan yang ini telah menjelang. Tak bisa dipungkiri, banyak kita temui kasus dimana orang-orang di sekitar kita bahkan diri kita sendiri kerap kali merasa kekurangan waktu libur. Mengapa? Hal itu terjadi karena belum dimanfaatkannya waktu libur secara optimal. Nah, untuk mencegah hal itu, ada beberapa tips yang dapat diaplikasikan saat berlibur nanti :

1.     1.   Tentukanlah skala prioritas dan buatlah planing/rencana.
Pasti kita tidak ingin ada kewajiban-kewajiban yang menumpuk bahkan tak sempat terselesaikan saat liburan mencapai penghujung nanti. Untuk itu, penting bagi kita terlebih dahulu menuntaskan kewajiban-kewajiban iu agar rencana liburan bisa berjalan dengan menyenangkan dan bermanfaat. Barulah setelah itu kita susun rencana-rencana untuk dilaksanakan pada liburan nanti.

2.      2. Jadikan waktu liburan sebagai quality time bersama keluarga, sanak saudara, ataupun teman lama.
Berkunjung ke rumah saudara atau teman untuk mempererat kembali jalinan silaturahmi yang seringkali terabaikan karena padatnya rutinitas sehari-hari bisa menjadi hal yang menyenangkan. Selain itu, bersih-bersih rumah dan menata ulang ruangan bersama keluarga bisa menjadi alternatif kegiatan yang bermanfaat.

3.     3Belajar sesuatu hal yang baru.
Keluar dari rutinitas sehari-hari dan mencoba berbagai hal baru dapat membantu merefresh pikiran kita. Misalnya seperti mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan ataupun traveling ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi.

4.      4. Berwiraswasta.
Jika memungkinkan kita bisa mengisi waktu liburan dengan berjualan atau berwiraswasta kecil-kecilan. Benyak manfaat yang akan bisa kita dapatkan loh, selain menambah pengalaman dan menambah uang saku tentunya.

5.      5. Yang terakhir, harus -- wajib -- kudu tetap update  ilmu.
Libur bukan berarti libur segalanya dong, termasuk tidak libur untuk mengupdate pengetahuan dan informasi. Seminar, workshop, pelatihan bisa kita ikuti. Atau sekedar self learning alias autodidak ilmu-ilmu baru yang bermanfaat dari internet maupun buku. Tak lupa juga untuk tetap mengupdate dan mengupgrade ilmu agama yang akan selalu menjadi pegangan dalam kehidupan kita.

Jadi, selamat berlibur.... Dan jangan lupa untuk terus meningkatkan catatan amal dan keimanan kita… :)

(Nurul Khoiriyah - Media Komunikasi Islam FSI Al-Biruni FT UNJ)



















Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri


1.            Bangun pagi

Bangun pagi supaya bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal.
2.            Mandi pagi
عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).” (Shahih, HR. Malik dalam Al-Muwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafi’i dari jalannya dalam Al-Umm)
Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada ‘Ali radhiallahu ‘anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi.” Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1-176-177))
3.            Berpakaian rapih sesuai sunnah
Ummu Athiyyah berkata:
أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِيْ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ الْخُدُوْرِ . فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ إِحْدَانَا لَا يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
“Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan kami mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh , maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya kaum muslimin.Aku berkata: ” Ya Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab”. Beliau menjawab: “Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya kepada saudaranya”. [Al-Bukhory dalam Ash-Shohih (971) dan Muslim dalam Ash-Shohih (890)]
Namun berpakaian rapih disini bagi wanita bukan berarti berdandan dan memakai wewangian, karena hal tersebut tidak diperbolehkan bagi kaum muslimah.
4.            Makan sebelum sholat
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ. وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj)
5.            Jalan kaki ke musholla (tempat sholat) Ied
Ali bin Abi Tholib-Radhiyallahu anhu- berkata:
مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا
“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); di-hasan-kan Al-Albany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy (530)]
Abu ‘Isa At-Tirmidzy- rahimahullah-berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.
6.            Takbir ketika menuju musholla
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir.” (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahidnya dalam Ash-Shahihah no. 171)
Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Telah shahih mengucapkan 2 kali takbir dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu:
أَنَّهُ كَانَ يُكَبِرُ أَيَّامَ التَّشْرِيْقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Bahwa beliau bertakbir di hari-hari tasyriq:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih)
Namun Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan Al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Sa’id dari Al-Hakam dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir.
Dalam salah satu riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
(Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125)
7.            Sholat ‘Ied berjama’ah
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia mengatakan: Bahwa Rasulullah dahulu keluar di hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla, yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpaling dan kemudian berdiri di hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf mereka. Kemudian beliau menasehati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka beliau utus, atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu beliau pergi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Khuruj Ilal Mushalla bi Ghairil Mimbar dan Muslim)
8.            Mendengarkan Khutbah
Jamaah Id dipersilahkan memilih duduk mendengarkan atau tidak, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ
Dari ‘Abdullah bin Saib ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah Shalat Id, maka ketika beliau selesai shalat, beliau berkata: “Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155)
9.            Mengucapkan Tahni’ah “Taqobbalallohu minna wa minkum”
Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ
“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” (Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)
10.          Pulang dengan rute yang berbeda
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ
Dari Jabir, ia berkata:” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu Rajab, 6/163 no. 986)

http://ummushofi.wordpress.com/2011/08/26/amalan-sunnah-di-hari-raya-idul-fitri/
_________________