Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Entah
angin apa yang membuai hari ini, membuatku begitu berani mencoretkan
sesuatu untuk dirimu yang tidak pernah aku kenali. Aku sebenarnya tidak
pernah berniat untuk memperkenalkan diriku kepada siapapun. Apalagi
mencurahkan sesuatu yang hanya aku khususkan buatmu sebelum tiba
masanya. Kehadiran sseorang lelaki yang menuntut sesuatu yang kujaga
rapi selama ini semata-mata buatmu, itulah hati dan cintaku, membuatku
tersadar dari lenaku yang panjang.
Ibu
telah mendidikku semenjak kecil agar menjaga maruah dan mahkota diriku
karena Allah telah menetapkannya untukmu suatu hari nanti. Kata ibu,
tanggungjawab ibu bapak terhadap anak perempuan ialah menjaga dan
mendidiknya sehingga seorang lelaki mengambil-alih tanggungjawab itu
dari mereka. Jadi, kau telah wujud dalam diriku sejak dulu. Sepanjang
umurku ini, aku menutup pintu hatiku dari lelaki manapun karena aku
tidak mau membelakangimu.
Aku
menghalang diriku dari mengenali lelaki manapun karena aku tidak mau
mengenal lelaki lain selainmu, apa lagi memahami mereka. Karena itulah
aku sekuat ‘kodrat yang lemah ini’ membatasi pergaulanku dengan bukan
mahramku. Aku lebih suka berada di rumah karena rumah itu tempat yang
terbaik buat sorang perempuan. Aku sering merasa tidak selamat dari
diperhatikan lelaki. Bukanlah aku bersangka buruk terhadap kaummu,
tetapi lebih baik aku berwaspada karena contoh banyak di depan mata.
Aku
palingkan wajahku dari lelaki yang asyik memperhatikan diriku atau coba
merayuku. Aku sedaya mungkin melarikan pandanganku dari lelaki ajnabi
(asing) karena Sayyidah Aisyah r.a pernah berpesan, “Sebaik-baik wanita
ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki.” Aku tidak
ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu.
Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa
menjadi milikmu seorang. Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki
bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini
barang yang bisa dimiliki sesuka hati.
Aku
juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang
dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku
berikan. Bagaimana akan kujawab di hadapan ALLAH kelak andai ditanya?
Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi? Kalau
aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu
menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias pribadiku
karena itulah yang dituntut oleh Allah. Kalau aku ingin lelaki yang baik
menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah
Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?
Tidak
kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan
disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku
mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia
semata-mata untukmu. Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal
menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati
yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang
tulen.
Diriku
yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin
berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku
kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa. Aku merasa seolah-olah
kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya
adakah aku berada di tebing kebinasaan ? Aku beristigfar memohon
ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi
diriku dari kejahatan.
Kehadirannya
membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah
wujud bersamaku. Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat
perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu.
Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman
hidupku kelak.
Aku
bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup.
Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir
pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi
aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar
lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah
tujuan yang satu.
Tidak
perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta
seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas
kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mampu
mendebarkan hati juataan gadis untuk membuat aku terpikat.
Andainya
kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan
menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah. Akan
tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu
jangan dimubazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak
untuk begitu. Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku
takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak
baik dalam kehidupan kita kelak.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga
ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi
kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan
tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan
yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan
kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.
Aku
pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh
cintamu kepadaku. Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu
karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta
itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan
mempertemukan kita kembali di syurga….
Wassalam…
Seorang
gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh
lelaki yang bukan muhrimnya…cukuplah dengan itu hilan harga dirinya…di
hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah. PELIHARALAH DIRI DAN
JAGA KESUCIAN.
http://fsialbiruni.multiply.com/journal/item/6/Penantian...
http://fsialbiruni.multiply.com/journal/item/6/Penantian...
0 Komentar