Ahlan wa Sahlan Sahabat FSI Al-Biruni..

Yang Terlupakan Dari Perang Kemerdekaan


        “Allohu Akbar!... Allohu Akbar!...” kalimat itu dipekikkan Bung Tomo tatkala revolusi kemerdekaan Indonesia meletus 10 November 1945, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Kalimatullah itu memiliki kekuatan dahsyat dalam mengobarkan semangat juang dikalangan masyarakat. Dengan perlengkapan sederhana dan seadanya, namun kesadaran luar biasa sebagai warga bangsa yang merdeka berdaulat, semua elemen bangsa maju ke medan pertempuran, mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Pertempuran yang tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran yang maha dahsyat akhirnya tak terelakan lagi. Korbanpun berjatuhan dikedua belah pihak. Meskipun demikian tetap bahwa “kemerdekaan” adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan semua itu telah berakhir dengan kemenangan dipihak bangsa Indonesia.        Namun, ada yang terlupakan oleh masyarakat kita, bahwa dibalik kesuksesan bangsa Indonesia memukul mundur pasukan sekutu dari bumi Indonesia, sehingga kemerdekaan yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 bisa dipertahankan, adalah jasa tentara Pakistan yang semula tergabung dalam British Indian Army dibawah komando Inggris. Tapi, kemudian membelot membela perjuangan bangsa Indonesia yang sedang mengalai kesukaran hidup akibat penjajahan dan perang yang melelahkan. Sejumlah 6000 tentara Meslim asal Pakistan dan India bergabung, karena simpati akan perjuangan bangsa Indonesia yang tanpa putus asa, dengan patriotisme tinggi, berjuang mempertahankan kemerdekaan.

        Ada dua faktor yang menjadi latarbelakang dan spirit tentara Pakistan membantu perjuangan Bangsa Indonesia. Pertama, faktor psikologi politik, adalah adanya solidaritas sesama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang menghendaki kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia sesuai dengan apa yang tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kedua, sangat penting untuk memahami mengapa serdadu Pakistan dan serdadu Muslim India, berpihak kepada pejuang Republik Indonesia adalah fenomena masyarakat yang mereka saksikan dengan kasat mata, bahwa orang Indonesia pada umumnya adalam muslim. Itu berarti seiman dan seagama dengan mereka. 

         Kesediaan mereka membantu perjuangan bangsa Indonesia bukanlah karena imbalan materi, kedudukan, penghormatan dan harapan bahwa Indonesia sebuah wilayah luas, kaya dengan potensi yang besar bagi kepentingan umat Islam. Namun semagat Jihad Fisabilillah, yakni berjuang, bersungguh-sungguh melakukan perbuatan, pengorbanan, dan niat bertindak semata-mata karena Alloh SWT. semangat keagamaan, persaudaraan, kemanusiaan, keadilan yang mendorong pasukan Muslim dari Anak Benua itu membela pejuang Republik Indonesia. Hal itu diakui oleh Ghulam Ali, mantan tentara Muslim Pakistan yang tergabung dalam British Army “…yang membuat menarik perhatian dan membuat hati jadi terharu, ketika kami melihat tulisan-tulisan pada pintu rumah-rumah itu, yang tertulis ‘Bismillahirrohmanirrohim’ dan menemukan buku-buku Al Quran didalam rumah-rumah itu”

        Lance naik (kopral kepala) Mir Khan, begitu disebut namanya, dengan pangkat terakhir di TNI sebagai vaandrig (peltu). Lance naik Mir Khan, salah seorang serdadu dari British Indian Army ((disalahpersepsikan oleh para pejuang Indonesia sebagai “serdadu Gurkha” yang berasal dari Nepal yang oleh Inggris diorganisir dalam pasukan elite The Gurkha Regiments, bukan British Indians)) mengaku menjadi sangat gelisah setiap kali mendengar teriakan “Allohu Akbar!... Allohu Akbar!...” ketika berhadapan kontak senjata dengan laskar Indonesia. Perasaan itu ternyata sama mengganggu suasana batin para prajurit muslim British Indians lainnya. Kegelisahan nurani mereka perbincangkan didalam kamp pada waktu jeda atau menunggu tugas patroli. Ternyata mereka memerangi orang-orang Indonesia yang pada umumnya seiman dengan mereka. Berperang dan membunuh sesama muslim yang memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan dipandang sebagai tindakan bathil dan dzalim.        Peristiwa yang terjadi di seputar masa revolusi Indonesia adalah catatan sejarah yang tak mungkin dilupakan. Semua itu bagian dari sejarah yang harus dikenang. Mereka yang wafat, maupun yang masih hidup dari para serdadu Pakistan khususnya, serta pejuang lainnya adalah “mata rantai” yang merekatkan secara “abadi” terhadap hubungan persahabatan kedua Negara, bangsa Pakistan dan bangsa Indonesia
        “Saya tak dapat menemukan suatu ungkapan kata yang tepat untuk mengekspresikan rasa terima kasih saya kepada mereka, dimana pada saat ketidakmenentuan dan pahit getirnya pergolakan suatu revolusi, mereka justru tampil kedepan membantu kita dalam perjuangan kemerdekaan. Semua ini, sudah barang tentu tak akan pernah terlupakan oleh rakyat Indonesia.” Kata Kolonel (Purn) Nip.M.Karim,1993 (dari Indonesia Times)
        Dalam rangka membuka mata bangsa Indonesia akan fakta sejarah yang selama ini tersembunyi. Kehadiran serdadu Muslim Pakistan ditengah-tengah perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI adalah fakta sejarah yang harus diketahui. Hal ini tentunya bernilai sebagai upaya kita memaknai arti kepahlawanan yang selama ini lebih banyak berupa seremonial saja.
Previous
Next Post »
0 Komentar