Ahlan wa Sahlan Sahabat FSI Al-Biruni..

Kisah Ibunda Siti Masyithah

Assalamu'alaikum sahabat Biruni.. Sedang apa dirimu? Baru pulang kuliah? Bete? Capek? Sabar sob.. Ikhlaskanlah.. Semoga apa yang kita lakukan hari ini dan hari-hari yang lalu terhitung sebagai ikhtiar untuk menggapai ridha-Nya.. aamiin.

Malam ini, yang cerah nan indah. Mimin (admin) Biruni hanya ingin berbagi kisah tentang kesabaran seorang wanita pada zaman Fir'aun. Kebetulan beberapa hari ini Mimin sedang membaca bukunya FSI, yang berjudul "Quantum Sabar & Syukur (Formula Ajaib Jadikan Hidup Semakin Ajib)" #yang mau pinjem silahkan, nanti ya setelah ane :) cz belum selesai bacanya, hee. 

Adalah Siti Masyithah, perempuan tukang rias putri Raja Fir'aun. Ia hidup satu zaman dengan Nabi Musa a.s. Ketika Musa mendakwahkan ajaran tauhid bahwa tiada tuhan selain Allah, dengan suka cita perempuan lembut ini menyambut seruan tersebut. Maka masuklah dia bersama keluarganya ke dalam golongan orang-orang yang menyembah Allah swt, meskipun secara diam-diam.

Suatu hari, seperti biasanya, ia menjalankan tugas rutinnya, yaitu mengurusi perawatan dan kecantikan putri Fir'aun. pada suatu kesempatan, ketika ia menyisir rambut putri Fir'aun, sisir yang ada dalam genggamannya jatuh. Kontan, terucap astagfirullah dari bibirnya. Mendengar Siti Masyithah mengucapkan kalimat tersebut, bukan main terkejutnya hati putri Fir'aun.

"Masyithah, sungguh kalimat tadi engkau yang mengucapkan? Tidak salah dengarkah diriku?", tanya Putri Fir'aun.

"Benar, tuan putri. Aku yg mengucapkan.", jawab Masyithah.

Putri Fir'aun itu pun hanya diam. Namun, bukan kepalang panas hatinya mendapati perempuan yang kini ada di depannya itu tidak lagi mengakui ayahnya sebagai tuhan. "Ayahandaku pasti murka kepadamu!" umpatnya dalam hati. 

Benar saja, tak lama kemudian Putri Fir'aun melaporkan apa yang ia dnegar dan ketahui tentang Siti Masyithah kepada ayahandanya.

Keesokan harinya, Fir'aun mengumpulkan seluruh pelayan istananya, termasuk Siti Masyithah. "Aku mendengar dari Hamman, menteriku, bahwa pengikut Musa bertambah dari waktu ke waktu. Dan, kini dalam istanaku sendiri ada seorang yg diam-diam menjadi pengikut Musa. Mana Siti Masyithah? bawa dia kehadapanku!" perintah Fir'aun kepada para pengawal istana dengan nada yg meluap-luap penuh amarah.

"Siaaaaap!!" jawab para pengawalnya.

Siti Masyithah pun dibawa ke hadapan penguasa Mesir yang zalim tsb. "Hai Siti Masyithah!" bentak Fir'aun dengan angkuh. "Aku dengar kamu dan keluargamu telah menjadi pengikut Musa. Benarkah itu?"

"Benar", jawab Masyithah.

"Tidakkah kamu tahu bahwa itu sama saja kau mengkhianatiku. Kamu ta mengakuiku lagi sebagai tuhanmu. Kamu tahu apa akibatnya?"

"Ya", jawab Masyithah dnegan tenang.

"Baiklah, aku akan membunuhmu dan semua anggota keluargamu", ancam Fir'aun. "Tidak takutkah kamu?"

"Semua yg hidup pasti akan mati. Aku lebih takut kpd Allah swt daripada kematian itu sendiri. Aku siap menyambut hukumanmu".

"Masyithah!" teriak Fir'aun berang. Merasa dipermalukan di hadapan banyak orang. "Tidak sayangkah kau pada nyawamu dan keluargamu?" Fir'aun kembali membujuk dan menakut-nakuti.

"Tuan, saya dan keluarga lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan dan kesesatan mempertuhankan dirimu."

Melihat ketegaran yang diperlihatkan Masyithah, Fir'aun segera memerintahkan para pengawalnya untuk membawa keluarga Masyithah ke hadapannya. 

"Pengawal, segera siapkan belanga besar. Isi dengan air dan panaskan hingga mendidih!" perintah Fir'aun.

Bersamaan dengan air dalam belanga besar yg mulai bergolak, mendidih dengan asap yg deras mengepul ke udara. Fir'aun kembali angkat bicara, "Masyithah, lihatlah air dalam belanga yg mendidih itu! Aku akan merebusmu dan keluargamu di sana!"

"Silahkan! Saya tidak takut" jawab Masyithah.

"Jangan gila Masyithah! kalau kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak pikirkan bayi mungilmu itu!" bujuk Fir'aun, mencoba memainkan perasaan Masyithah. "Bagaimana? Pikirkan itu! Tinggalkan ajaran Musa dan kembalilah menyembah diriku. Aku akan berikan kepadamu hadiah yg besar, yg tak pernah engkau bayangkan sebelumnya. Ingat Masyithah, keselamatan bayimu!. Tidak sayangkah engkau padanya?"

Hampir saja Masyithah terperdaya akal bulus Fir'aun. Hatinya bimbang. Namun, suara kejujuran dari dalam batinnya menguatkan 'Jangan sedih Masyithah, kuatkan hatimu. Allah swt beserta orang-orang yg sabar.'

Tanpa ia sangka, sebuah keajaiban terjadi. Bayi mungil yg masih menyusu itu berbicara kepadanya, "Ummi, jangan engkau ragu dan bimbang, yakinlah akan kebenaran janji Allah. melihat bayi mungilnya mampu berkata-kata dengan fasih, semakin teguhlah hati sebagai pertanda bahwa dia berada di jalan yang benar. Allah swt pasti akan menolongnya.

Allah swt pun membuktikan janjinya bahwa Dia akan selalu menolong hambanya yang teguh memegang prinsip keimanan dan berbakti kepada-Nya. Maka ketika keluarga Masyithah satu per satu dilempatkan ke dalam belanga besar berisi air mendidih tsb oleh algojo Fir'aun, Allah telah mencabut nyawa mereka terlebih dahulu sebelum tubuh mereka masuk ke dalam belangan tsb. Dengan begitu, terbebaslah Siti Masyithah dan keluarganya dari siksa pedih dunia Fir'aun yg kejam.

di resensi oleh : Nufi Eri Kusumawati-Media Komunikasi Islam FSI Al-Biruni FT UNJ
Previous
Next Post »
0 Komentar